Seperti
tatapan tunggal saja ....
Satu semester berlalu kelas sepuluh SMA.
Tak punya teman lelaki dekat atau bahkan hanya sekedar teman sms. Satu tahun
lebih tiga bulan berlalu setelah putus dengan pacar yang dulu. Berharap dengan
masuknya di sekolah baru perihal
percintaan akan sedikit mujur, ternyata terlihat lebih sulit.
Aku seorang remaja yang bertubuh
tinggi tapi bodyku tak sebagus model hollywod. Namaku Meil aku tinggal di
sebuah desa yang jauh dari kota besar, desaku dikelilingi oleh pegunungan khas
pegunungan di Indonesia.
Aku memiliki teman yang setiap hari
bersamaku dia bernama Rence. Rence seperti seorang yang memang ditakdirkan
bersamaku. Selama sepuluh tahun persahabatan ini terjalin. Sepertinya Rence
memang ditakdirkan untuk lahir menjadi teman layaknya seorang keluarga yang
bertemu tanpa rasa sungkan sedikit pun.
Tahun ini, Rence tepat berumur tujuh
belas tahun, Rence lebih tua satu tahun dariku. Meskipun kita dilahirkan beda
tahun tapi kita lahir pada bulan dan tanggal yang sama. Rumahku dengan rumahnya terletak pada satu desa yang
sama tapi tidak berdekatan.
Musim hujan adalah musim yang tidak
disukai oleh Rence, Rence sangat rentan terkena flu. Tapi, musim hujan tidak
menghalangi Rence untuk selalu berkunjung kerumahku. Rence seorang sahabat
pendiam dan sangat peduli terhadap teman.
Kenangan yang aku ingat bersama
Rence waktu dia berjalan pada saat hujan deras menuju sebuah pohon untuk
berteduh, pada waktu itu Aku juga berada dipohon yang sama untuk berteduh, “Apa
yang sedang kamu lakukan ?” tanyanya dengan suara yang sedikit menggigil
kedinginan. “eh kamu , minta ?” sambil menjulurkan botol minuman yakult, Rence
menerima minuman yang Aku tawarkan tanpa menjawab ataupun hanya sekedar
mengucapkan terima kasih.
(tunggu lanjutannya ya..)